Poligami: Wanita Boleh Menolak

Masih menyinggung masalah skripsi Saya mengenai "Citra Perempuan Dalam Film Berbagi Suami", tapi tidak membahas skripsi yang sudah beberapa tahun Saya tinggalkan ini. Nah, lebih kepada masalah poligami. Masalah yang satu ini rasanya tidak akan pernah habis bila diperbincangkan. Selalu saja ada jawaban untuk pertanyaan mengapa memilih berpoligami.

Namun dari yang banyak kita lihat, dalam permasalahan poligami, wanita lah yang dirugikan. Kalau boleh memilih, barangkali tidak ada wanita yang mau dibagi kasih sayangnya. Hati siapa pun pasti akan terluka. Memang poligami diperbolehkan dalam agama, namun dengan persyaratan-persyaratan khusus. Hal ini lah yang menggelitik hati saya ketika beberapa orang yang dipoligami bercerita kepada saya, bagaimana susahnya si "Lelaki" itu menghidupi keluarganya. Nah, lantas kah wanita lagi yang selalu dipersalahkan?

Ok kalau ada kelemahan dari si wanita, saya rasa jika ada wanita yang jauh dari sempurna di mata suami, dengan kerelaan justru akan akan memberikan izin. Lalu bagaimana dengan wanita yang sehat? Masih banyak juga kan wanita sehat yang terkena poligami. Alasan apalagi yang dipakai suami untuk menjawab mengapa dia berpoligami.

Banyak kasus yang terjadi justru yang melakukan poligami, mereka yang tergolong ekonomi menengah ke bawah. Untuk mencukupi kebutuhan keluarga inti saja masih kewalahan, tetapi justru ingin menambah. Nah, sebagai wanita kita juga berhak menolak jika keadaannya seperti ini. Apalagi berdasarkan sensus penduduk 2010, jumlah lelaki lebih besar dari pada perempuan, dimana dari 237 juta jiwa, 119 juta laki-laki dan 118 perempuan. Jangan sampai lebih banyak lagi yang mendompleng nafsu sebagai alasan untuk berpoligami. Sesuaikan dengan kemampuan. Seandainya mampu untuk membagi kasih sayang dan lain sebagai dan kondisi istri berada di pihak yang lemah (salah), silahkan. Tetapi jika tidak, cukup satu sajalah. Kalau istilah teman-teman saya 'Ciek se ndak abih-abih dow"

Labels: ,